Posted by : Unknown
Sabtu, 21 November 2015
Sejarah internet Indonesia bermula pada awal
tahun 1990-an. Saat itu, jaringan Internet di Indonesia lebih dikenal sebagai
Paguyuban Network. M.Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby
Soebiakto,Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, Onno W. Purbo adalah sejumlah
nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia (tahun 1992 hingga
1994). Masing-masing telah menyumbangkan keahlian dan dedikasinya
dalammembangun fondasi jaringan komputer dan Internet di Indonesia.
Tulisan-tulisan awal mengenai
Internet di Indonesia terinspirasi oleh kegiatan amatir radio pada tahun 1986,
khususnya di Amatir Radio Club (ARC) ITB. Bermodal pesawat radio pemancar
Single Side Band (SSB) Amatir Radio Kenwood TS430 milik Harya Sudirapratama
(YC1HCE) dan komputer Apple II milik Onno W. Purbo (YC1DAV), belasan anak muda
ITB seperti Harya Sudirapratama (YC1HCE), J. Tjandra Pramudito (YB3NR), dan
Suryono Adisoemarta (N5SNN) berguru pada para senior amatir radio seperti Robby
Soebiakto (YB1BG), almarhum Achmad Zaini (YB1HR), Yos (YB2SV) melalui band
amatir radio 40 m atau 7 MHz. Mereka mulai mendiskusikan teknik membangun
jaringan komputer dengan radio menggunakan teknologi radio paket.
Robby Soebiakto yang waktu itu
bekerja di PT. USI IBM Jakarta merupakan pakar di antara para amatir radio di
Indonesia, khususnya di bidang komunikasi data packet switching melalui radio
yang dikenal sebagai radio paket. Teknologi radio paket TCP/IP untuk Internet
kemudian diadopsi oleh rekan-rekan Robby Soebiakto di BPPT, LAPAN, UI, dan ITB
yang kemudian menjadi tumpuan PaguyubanNet antara tahun 1992-1994.
Pada tahun 1988, melalui surat
pribadi, Robby Soebiakto mendorong Onno W. Purbo yang saat itu berada di
Hamilton, Ontario, Kanada untuk mendalami teknik jaringan Internet berbasis
protokol TCP/IP. Robby Soebiakto meyakinkan Onno W. Purbo bahwa masa depan
teknologi jaringan komputer di dunia akan berbasis pada protokol TCP/IP. Hal
ini yang di kemudian hari memicu penulisan buku-buku jaringan komputer Internet
berbasis TCP/IP oleh Onno W. Purbo maupun rekan-rekan penulis lainnya di
Indonesia untuk memandaikan rakyat Indonesia akan teknologi Internet.
Robby Soebiakto juga menjadi
koordinator alamat IP pertama dari AMPR-net (Amatir Packet Radio Network) yang
di Internet dikenal dengan domain AMPR.ORG dan IP 44.132. AMPR-net Indonesia
kemudian dikoordinir oleh Onno W. Purbo sejak tahun 2000. Salah satu aktivitas
AMPR-net adalah
mengkoordinasi aktifitas anggota ORARI melalui
mailing list ORARI, orarinews@yahoogroups.com.
Pada
awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia, Robby Soebiakto merupakan
pionir di kalangan pelaku amatir radio Indonesia yang mengaitkan jaringan
amatir Bulletin Board System (BBS). BBS merupakan jaringan surat elektronik
(e-mail) yang merelai e-mail untuk dikirim melalui server/komputer BBS yang
mengkaitkan banyak ”server” BBS amatir radio seluruh dunia agar e-mail dapat
berjalan dengan lancar.
Komunikasi
antara Onno W. Purbo yang waktu itu berada di Kanada dengan rekan-rekan amatir
radio di Indonesia terus berlanjut hingga awal 1990-an. Dengan peralatan
komputer PC/XT kompatibel dan walkie talkie 2 meteran, komunikasi antara
Indonesia-Kanada dilakukan melalui jaringan
amatir radio. Robby
Soebiakto berhasil membangun gateway amatir satelit di rumahnya di kawasan
Cinere. Dengan bantuan satelit-satelit OSCAR milik amatir radio, komunikasi
lebih antara Indonesia-Kanada berjalan semakin cepat. Pengetahuan secara
perlahan ditransfer dan berkembang melalui jaringan amatir radio ini.
Pada
tahun 1992-1993, Muhammad Ihsan, seorang peneliti di LAPAN Ranca Bungur yang
pada tahun 1990-an bersama dengan pimpinannya Ibu Adrianti menjalin kerjasama
dengan DLR (Lembaga Penelitian Antariksa Jerman) mencoba mengembangkan jaringan
komputer menggunakan teknologi
radio paket pada band
70 cm dan 2 m. Di kemudian hari, Muhammad Ihsan menjadi motor penggerak di
LAPAN untuk membangun dan mengoperasikan satelit buatan LAPAN Indonesia yang
dikenal sebagai LAPAN TUBSAT maupun INASAT.
Jaringan
LAPAN dikenal sebagai JASIPAKTA dan didukung oleh DLR. Muhammad Ihsan
mengoperasikan relai penghubung antara ITB Bandung dengan gateway Internet yang
ada di BPPT. Di BPPT, Firman Siregar mengoperasikan gateway radio paket yang
bekerja pada band 70 cm. Komputer PC 386 sederhana yang menjalankan program NOS
di atas sistem operasi DOS digunakan sebagai gateway packet radio TCP/IP.
IPTEKNET masih berada di tahapan sangat awal perkembangannya.
Tanggal
7 Juni 1994, Randy Bush dari Portland, Oregon, Amerika Serikat melakukan ping
ke IPTEKNET dan kemudian melaporkan hasilnya kepada rekan-rekannya di Natonal
Science Foundation (NSF) Amerika Serikat. Dalam laporan Randy Bush tertera
waktu yang dibutuhkan untuk ping pertama dari Indonesia ke Amerika Serikat,
yaitu sekitar 750 mili detik melalui jaringan leased line yang berkecepatan 64
Kbps.
Nama lain yang tidak kalah
berjasa adalah Pak Putu. Beliau mengembangkan PUSDATA DEPRIN pada masa
kepemimpinan Menteri Perindustrian Tungki Ariwibowo sekaligus menjalankan BBS
pusdata.dprin.go.id. Di masa awal perkembangan BBS, Pak Putu berjasa
mempopulerkan penggunaan e-mail, khususnya di Jakarta. Aktivitas Pak Putu
banyak didukung oleh Menteri Perindustrian Tungki Ariwibowo yang sangat
menyukai komputer dan Internet. Pak Tungki adalah menteri pertama Indonesia
yang menjawab e-mail sendiri.
Pada akhir tahun 1992, Suryono
Adisoemarta kembali ke Indonesia. Kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh
anggota Amatir Radio Club (ARC) ITB seperti Basuki Suhardiman, Aulia K. Arief,
Arman Hazairin yang didukung oleh Adi Indrayanto untuk mencoba mengembangkan
gateway radio paket di ITB. Seperti tampak pada Gambar 1.1, gateway tersebut
menggunakan sebuah komputer 286 bekas, perhatikan baik-baik disket-nya yang
berukuran besar. Pada hari ini, disket jenis tersebut sudah tidak di produksi
lagi. ITB akhirnya turut berkiprah di jaringan PaguyubanNet. Institusi lain
seperti UI, BPPT, LAPAN, PUSDATA DEPRIN yang lebih dahulu terhubung ke jaringan
Internet mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada ITB. Di ITB, modem
radio paket berupa Terminal Node Controller (TNC) merupakan peralatan pinjaman
dari Muhammad Ihsan dari LAPAN.
Ketika masih menempuh studi di
University of Texas di Austin, Texas, Suryono Adisoemarta menyambungkan TCP/IP
Amatir Radio Austin ke gateway Internet untuk pertama kalinya di gedung Chemical
and Petroleum Engineering University of Texas, Amerika Serikat. Sejak saat itu,
komunitas Amatir Radio TCP/IP Austin Texas tersambung ke jaringan TCP/IP di
seluruh dunia. Pengetahuan inilah yang kemudian diterapkan Suryono Adisoemarta
saat mengembangkan radio paket di ITB. Suryono Adisoemarta yang kemudian hari
menyandang nama panggilan YD0NXX menjadi motor penggerak teknologi satelit
Amatir Radio maupun teknologi Amateur Packet
Reporting System (APRS) yang memungkinkan kita
untuk melihat posisi-posisi stasiun amatir radio di peta di Internet yang dapat
dilihat di situs http://aprs.fi.
Berawal dari teknologi radio
paket kecepatan rendah 1200 bps, ITB kemudian memperoleh sambungan 24 jam 14.4
Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET pada tahun 1995. Akses
Internet tetap diberikan secara cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lainnya
khususnya di PaguyubanNet.
September 1996 merupakan tahun
peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia
Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5M
bps ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet& IIX
sebesar 2 Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam
jaringan pendidikan di Indonesia yang menamakan dirinya AI3 Indonesia yang
mengkaitkan lebih dari 25 lembaga pendidikan di Indonesia di tahun 1997-1998.
Jaringan pendidikan menjadi
lebih marak pada saat naskah buku ini di tulis di tahun 2009, dengan adanya
JARDIKNAS dan INHEREN yang dioperasikan oleh DIKNAS dan mengkaitkan sekitar
15.000 lebih sekolah Indonesia ke Internet yang akan menjadi media untuk
mencerdaskan bangsa Indonesia agar dapat berkompetisi di era globalisasi
mendatang.